COFFEEPHILE
SPESIALIS KOPI SUMSEL
Minggu, 27 Agustus 2017
Kedai Kopi Terfavorit di Sumsel
Berkunjung ke Kota Palembang, Sumatera Selatan, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi kedai kopi yang satu ini. Kedai kopi yang dicanangkan sebagai kedai kopi terfavorit di Sumatera Selatan versi Badan Ekonomi Kreatif ini memberikan karakter yang berbeda dalam menikmati secangkir kopi.
Melalui desain interior yang unik, terdiri dari berbagai macam atribut kopi mulai dari peta kopi Indonesia, peta kopi Sumatera Selatan, dan siklus pengolahan kopi, Coffeephile mencoba mengedukasi para konsumen agar mencintai kopi negeri sendiri.
Tak hanya melalui desain interior yang unik, Coffeephile juga menyajikan menu-menu ringan yang nikmat dan lezat khas citarasa nusantara. Salah satu yang menjadi andalan adalah Pisang Bakar Saus Kopi, yaitu menu yang dibuat dengan perpaduan pisang dan fla kopi yang formulanya khusus dibuat untuk para pencinta kopi yang berkunjung di kedai.
Selain makanan yang nikmat, Coffeephile memberikan pelayanan yang ramah dan interaktif. Konsumen dapat memesan sendiri menu yang diinginkan, bahkan konsumen dapat turut belajar melukis di atas kopi cappucinno sesuai dengan tema lukisan yang dia inginkan.
Bagi yang menyukai fotografi, Coffeephile juga merupakan tempat yang asyik. Beberapa orang ada pernah menggunakan Coffeephile sebagai lokasi foto pre-weed dan kegiatan ulang tahun. Meskipun hanya terletak di dalam sebuah ruko, photo spot di Coffeephile cukup menarik dan instagramable. Setiap sudut di Coffeephile dapat dieksplorasi untuk menghasilkan angle foto yang unik dan menarik.
Label:
bisnis,
gaya hidup,
kedai kopi,
kopi sumsel
Selasa, 18 Juli 2017
SEJARAH AWAL KOPI ARABIKA SEMENDO
Cahya Alam di tanah Semende.
Lantunan shalawat menyambut pagi di Desa
Datar Lebar, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), pertanda bagi perayaan Isra’
Mi’raj di kampung ini. Masyrakat Semende bukan hanya terkenal religius tetapi
juga begitu berkerabat dengan alam. Apa yang alam berikan – termasuk Kopi –
jadi modal mereka menyambung kehidupan. Di tempat ini pula, kami (kru kedai
Coffeephile) menelusuri jejak Kopi Arabika Semende. Layaknya permata yang
terhampar di Bukit Barisan.
sesepuh desa sedang bersantai di pagi hari |
pak malai pelopor kopi arabika semendo |
Kehadiran Kopi Arabika seolah menyempil di
tengah penguasaan Kopi Robusta di Sumsel, khususnya Semende. Di awali dengan tradisi masyarakat semende yang religius, mencari ilmu agama sampai ke tanah aceh (serambi mekah), Dibawa beberapa kg kopi biji mentah pertama
kali oleh seorang warga semende sepulang belajar ilmu agama di Aceh pada tahun ’90an, Kopi yang khas
dengan lancip daunnya ini tidak seketika mendapat perhatian dari petani
setempat. Pak Malai (73), sebagai petani yang disegani di kampungnya, Desa
Cahya Alam, tak lantas patah arang. Hingga akhirnya, pada tahun 1996,
bermodalkan 14 bibit yang dirawat lima tahun sebelumnya, Kopi Arabika berhasil
menancapkan sejarahnya di tanah Semende.
kopi arabika petik merah |
Tercatat hingga 3000-an pohon Arabika yang
tersebar di beberapa Desa di SDU, namun saat ini produksi biji hanya terfokus
di dua Desa, Yakni Desa Cahaya Alam – tanah kelahirannya – dan Desa Segamit.
Mengapa demikian? Hasil obrolan kami dengan ketua Koperasi Meraje cum Ketua
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Sumsel, Pak Mulustan,
mengungkap adanya masalah konsistensi di tingkat petani. Dari puluhan kelompok
tani yang dijaring pada awal proyek ekspor Kopi Arabika Semendo, tidak ada yang
bertahan, melainkan hanya 4-6 kelompok saja.
Pak Mulustan merasa kecewa dengan ulah
“nakal” petani yang menyalahi prosedur. Sebut saja, petik buah kopi mentah
hingga mencampur biji Arabika dengan Robusta untuk menambah bobot gelondong
kopi. Maklum, berkat proyek ini, Kopi Arabika Semendo mendapat nilai jual cukup
baik, melampaui kopi robusta. Demi menjaga kepercayaan
eksportir, Pak Mulustan terpaksa memangkas beberapa kelompok tani hingga
tersisa Pak Fahmi dan Tengku Afif yang kini mewakili kelompok tani di desany
masing-masing.
Dari cerita sebelumnya, kami mulai
memahami bahwa rantai produksi biji arabika semendo melibatkan dua pihak, yakni
petani dan koperasi melalui Unit Pengolahan Hasil (UPH). Metode pengolahan
adalah metode basah (wet process) – link —
(http://bincangkopi.com/natural-washed-honey-processed/). Dengan prosedur
seperti tertera pada diagram ini:
Cita rasa kopi yang ditanam di ketinggian
1400-1700 mdpl ini begitu menarik. Seperti saudara jauhnya di Aceh, Kopi
Arabika Semendo memiliki rasa karamel, vanila dan keasaman yang lembut. Metode
basah dalam produksi biji menghasilkan body yang tidak begitu pekat, rasa akhir
yang ringan, dan oh iya, ada aroma jeruk squash dan terkadang muncul wangi bunga-bunga yang muncul di awal seduhan.
Sulit dijelaskan kalau tidak mencobanya sendiri, karena kami pikir, lidah
setiap orang belum tentu sama.
surau dusun datar lebar |
Mimpi tentang Kopi Arabika Semendo sebagai
komoditas khas Sumsel yang mendunia masih jauh membentang. Dengan keterbatasan
infrastruktur, serta kesadaran petani yang perlu dibangun. Pak Mulustan dan
kawan-kawan tetap berjuang agar lima tahun mendatang lebih dari 60% dataran
tinggi Semende akan ditanami Kawe Arabika. Kita semua bisa membantu perjuangan
beliau, tanpa perlu meninggalkan kota dan kesibukan kita di Palembang, cukup
dengan datang ke kedai Coffeephile – Plaju (link). Sesapi aroma dan semangat di
balik cangkir Kopi Arabika Semendo dan jangan lupa ceritakan nikmatnya kepada
handai taulan, begitu mudahnya bukan? (mal).
ARABIKA SEMENDO DI BUMI SRIWIJAYA (SUMATERA SELATAN )
MEMPERLIHATKAN PROSES KOPI ARABIKA SMEENDO, MULAI DARI PEMETIKAN SAMPAI DENGAN PENGEMASAN KOPI BIJI MENTAH (GREAN BEAN).
Jalan yang di tempuh menuju ke kebun sepanjang 7-8km dari rumah petani, jika pergi berjalan kaki waktu yang di tempuh kisaran 2/3jam perjalanan. Dan apabila pergi menggunakan motor dengan rantai di roda (motor jambrong) waktu yang di tempuh hanya 45/50 menit saja.
kebun dengan ketinggian 1650-1700 mdpl ini terletak di desa cahaya alam.
petani arabika semendo sudah melakukan proses paska panen sesuai Standar Operasional Paska Panen (SOPP), mereka telah melakukan petik merah, sortasi, pengupasan kulit manis dan fermentasi serta menjemur dengan para-para.
PROSES PEMETIKAN |
SORTASI BUAH MERAH DAN HIJAU |
PERAMBANGAN ATW SORTASI AIR |
SORTASI KULIT MANIS |
PENJEMURAN BIJI TANDUK/HS
VIDEO KUALITAS OK. ===> https://www.youtube.com/watch?v=PCopYbm0pbA
Robusta Sumsel (Sumatera Selatan) PRIMADONA Tak Bersuara
ROBUSTA mendengar kata itu masyarakat sumatera selatan pada
umum sudah pasti mengetahui bahwa itu adalah sebutan untuk kopi, di Sumatera Selatan sendiri kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari
pagi hari sebagai pendamping sarapan pagi, sampai ke-malam hari sebagai teman
untuk begadang (re:siskamling), masyrakat
di Sumatera Selatan.
Sedangkan dalam hal industri kopi nasional, kopi asal
Sumatera Selatan acapkali dipandang sebelah mata, dalam hal citarasa dan
reputasi yang rendah. Meski sempat menjadi primadona pada saat VOC berkuasa,
kopi Sumatera Selatan saat ini tak punya nama di mata konsumen nasional.
Padahal dalam hal kuantitas produksi kopi asal sumatera
selatan menduduki pringkat no 1, dengan luas lahan 254.374 HA dengan kapasitas
produksi mencapai 147.090 TO, (angka estimasi tahun 2015). (sumber : Statistik Perkebunan Indonesia
Komoditas Kopi 2013 – 2015).
Perkebunan kopi robusta di sumatera selatan tersebar di
bebrapa daerah kabupaten, dan kota,
meliputi daerah dataran tinggi bukit barisan membentang dari barat ke timur
sumatera selatan, yaitu kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, kota Pagar
Alam, kabupaten Muara Enim, kabupaten OKU, OKU Selatan, dan OKU Timur. Atau biasa
di kenal dengan dataran tinggi Besemah Libae dan Semende Panjang.
sumber : antaranews.com |
Akan tetapi potensi yang begitu besar tidak didukung dengan
kualitas kopi robusta yang dihasilkan, Biji kopi robusta Sumsel yang dipanen
asalan dan pasca panen yang serampangan makin memperparah citra buruk yang
disematkan terhadap kualitas kopi robusta asal bumi sriwijaya.
Biji kopi robusta yang dikeringkan di atas aspal dan
dilindas oleh ban mobil bukanlah yang diinginkan oleh konsumen dunia.
Parahnya, mayoritas petani kopi robusta Sumsel ‘disinyalir’
melakukannya.
Meskipun ada sebagian kecil yang telah tercerdaskan untuk
memperbaiki mutunya, dampaknya telah terlanjur viral.
Stereotipe kopi robusta aspal atau kopi robusta karet ban
menjadi julukan yang menakutkan yang menghambat perkembangan kopirobusta asal
Sumatera Selatan. Memperbaiki citra yang terlanjur hancur bukanlah hal yang
sederhana, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin.
Selama ada keinginan untuk dapat berubah menjadi lebih baik,
maka selalu ada jalan.
Penerapan prosedur Good Agriculture Practices (GAP) menjadi
solusinya.
GAP adalah penerapan sistem proses produksi pertanian yang
menggunakan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk panen
aman konsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usaha tani memberikan
keuntungan ekonomi bagi petani.
Pengolahan kopi robusta yang baik mulai dari pemetikan
hingga proses pengeringan yang ‘manusiawi’ adalah yang perlu dilakukan oleh
petani kopi robusta Sumsel agar citra kopi robusta bumi Sriwijaya kembali jaya.
Menurut Pusat Kajian Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian dan
Pedesaan, Litbang Kementerian Pertanian Republik Indonesia, GAP merupakan salah
satu barrier yang harus ‘ditembus’ untuk dapat berkecimpung dalam perdagangan
Internasional.
Dengan berpartisipasi dalam International Trading, kopi
Sumsel bakal punya nama.
Seperti kopi Gayo asal Aceh yang berjaya di Amerika dan kopi
Toraja yang terkenal di negeri matahari, Jepang.
Mengenal Citarasa Kopi
Jika mendengar kata ‘Kopi’, apa yang terbayang dalam benak anda ? Warnanya hitam, harum, dan pahit. Hanya itu kah ?
Untuk orang awam, mungkin hanya jawaban itu yang bisa diberikan. Namun bagi anda yang mengaku sebagai pencinta kopi, jawaban tersebut belumlah cukup. Banyak hal yang bisa di deskripsikan dari secangkir kopi, terutama tentang citarasanya, citarasa kopi.
Citarasa adalah sebuah pengalaman yang didapatkan oleh seorang cupper(pengecap) kopi saat pertama kali mencicipi sebuah kopi.
Dalam melakukan cupping (uji citarasa) terdapat beberapa komponen yang penting diperhatikan, diantara Fragrance (bau kopi bubuk kering), aroma(bau sedap), flavor (rasa khas kopi), body (kekentalan), acidity (rasa asam nikmat), bitterness (rasa pahit), dan sweetness (rasa manis).
Secara khusus, Mahdi Usanti seorang Q Grader menjelaskan tentang komponen citarasa adalah sebagai berikut :
Aroma :
Aspek aroma mencakup Fragrance (bau dari kopi ketika masih kering) dan aroma ( bau dari kopi ketika diseduh dengan air panas). Seseorang dapat menilai kriteria ini dengan dalam tiga tahap dalam cupping, yaitu ; Mencium bubuk kopi yang berbeda dalam mangkok sebelum di tuang dengan air. Mencium aroma saat mengaduk permukaan kopi seduhan mencium aroma kopi saat kopi sudah larut Kualitas aroma yang khusus seperti pengaruh dari aroma kering, saat diaduk dan aroma kopi setelah kopi larut.
Flavour :
Flavour menunjukan sifat khusus antara aroma pertama kali dicium dengan acidity dan diakhiri dengan after taste. Flavour merupakan kombinasi yang di rasakan pada lidah dan aroma uap pada hidung yang mengalir dari mulut ke hidung, misal flavour fruity, honey, herb, dan spicy. Nilai yang di berikan untuk flavour harus meliputi pengaruh , kualitas dan kompleksitas dari gabungan rasa dan aroma saat kopi diseruput ke dalam mulut dengan kuat sehingga melibatkan seluruh langit-langit mulut dalam menilai.
After taste :
After taste adalah lama bertahanya suatu flavour positif (rasa dan aroma) yang berasal dari langit-langit belakang mulut dan bertahan setelah kopi dibuang atau ditelan.
Acidity :
Acidity sering digambarkan sebagai rasa asam yang jelas enak, atau masam jika tidak enak. Acidity yang baik menggambarkan kopi yang enak, manis dan seperti rasa buah segar yang langsung dirasakan pada saat kopi diseruput. Acidity yang terlalu dominan dikategorikan tidak enak dan tidak sesuai sebagai contoh untuk menilai flavor.
Body :
Body didasarkan pada rasa ketika cairan masuk kedalam mulut khususnya antara lidah dan langit-langit mulut. Kebanyakan contoh dengan body yang kental mendapat nilai yang tinggi. Beberapa contoh dengan body yang ringan juga dapat memiliki rasa yang enak di mulut. Kopi yang memiliki body yang kental seperti kopi sumatra atau kopi yang memiliki body ringan seperti kopi Mexico menjadi acuan walaupun berbeda.
Balance :
Semua aspek flavor, after taste,acidity, body yang seimbang pada sampel kopi disebut balance. Jika salah satu aspek ada yang kurang atau melebihi pada contoh mengakibatkan nilai balance akan berkurang.
Sweetness :
Adalah adanya rasa manis yang menyenangkan karena kopi mengandung karbohidrat. Lawan dari manis dalam konteks ini adalah sour, astringent atau mentah. Sweetness ini tidak seperti rasa sukrosa yang ditemukan dalam minuman ringan soft drink.
Jadi, sekarang kita tahu, kopi bukan sekedar hitam, harum, dan pahit. namun masih banyak citarasa yang bisa kita eksplorasi dan pelajari lebih jauh.
x
SEJARAH AWAL KOPI DI DUNIA
Sejarah kopi mencatat asal muasal
tanaman kopi dari Abyssinia, suatu daerah di Afrika yang saat ini mencakup
wilayah negara Etiopia dan Eritrea. Kopi menjadi komoditas komersial setelah
dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman. Di jazirah Arab kopi
popular sebagai minuman penyegar.
Kopi dalam bahasa arab disebut sebagai “Qahwahin” yang
berasal dari bahasa Turki“Kahveh” yang kemudian menyebar ke daratan lainnya
menjadi kata kopi yangsekarang kita kenal. Dalam bahasa Jerman disebut sebagai
“Kaffee”, Inggris “Coffee”,Perancis “CafĂ©”, Belanda “Koffie” dan Indonesia
“Kopi”.Sejarah tentang kopi pada dasarnya memang belum bisa dipastikan.
Beberapa ahli berusaha menelusuri jejak perjalanan
kopi dan mereka mendapatkan bahwa kopi pada awalnya tumbuh di dataran Afrika
Timur (Ethiopia). Pada masa itu, muncul legenda bahwa kopi ditemukan oleh para
penggembala kambing yang mereka sebut sebagai “Kaldi”. Mereka curiga dengan
kotoran kambing yang memakan buah dan keluarbijinya. Akhirnya mereka mencba
sendiri memakan buah itu. Dan merasakan adanya tambahan energi, sehingga berita
itu menyebar sampai ke mana-mana. Kopi kemudian dibawa ke wilayah Arab, dan
mulai ditanam pertama kali di Yaman. Setelah itu kopimulai masuk ke Turki, dari
sini kopi mulai di bakar dan di tumbuk untuk dibuat minuman seperti yang kita kenal
sekarang ini.
Selain dari legenda kaldin, Konon
di kota Mocha, Yaman, hidup seorang tabib sekaligus sufi yang taat beribadah,
namanya Ali bin Omar al Shadhili. Omar terkenal sebagai tabib handal yang bisa
menyembuhkan penyakit dengan memadukan tindakan medis dan do’a. Namun sepak
terjang Omar tidak disukai oleh penguasa lokal. Dengan berbagai intrik Omar
digosipkan bersekutu dengan setan untuk menyembuhkan pasiennya. Akhirnya
masyarakat kota Mocha mengusir Omar ke luar kota.
Setelah terusir dari kota, Omar
berlindung di sebuah gua yang ia temukan dalam perjalanan. Ia mulai kelaparan
dan menemukan buah beri berwarna merah. Omar memakan buah itu untuk mengusir
rasa laparnya. Karena rasanya pahit, ia mulai mengolah buah itu dengan cara
memanggang dan merebusnya.
Namun biji kopi yang telah diolah
Omar tetap tidak bisa dimakan. Ia pun hanya bisa meminum airnya. Tak disangka
air yang ia minum memberikan kekuatan ekstra. Singkat cerita, air seduhan yang
dibuat Omar mulai terkenal. Banyak orang yang memintanya kepada Omar. Hingga
fenomena terdengar penguasa kota. Kemudian Omar dipanggil kembali untuk tinggal
di kota. Obat mujarab berupa cairan hitam tersebut disebut dengan nama Mocha
Di masa-masa awal bangsa Arab
memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka mengendalikan perdagangan lewat Mocha,
sebuah kota pelabuhan yang terletak di Yaman. Saat itu Mocha menjadi
satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi. Saking pentingnya arti
pelabuhan tersebut, orang-orang Eropa terkadang menyebut kopi dengan nama
Mocha.
Memasuki abad ke-17 orang-orang
Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Mereka membudidayakan
tanaman kopi di daerah jajahannya yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Salah
satunya di Pulau Jawa yang dikembangkan oleh bangsa Belanda. Untuk masa
tertentu kopi dari Jawa sempat mendominasi pasar kopi dunia. Saat itu secangkir
kopi lebih popular dengan sebutan “cup of java”, secara harfiah artinya
“secangkir jawa”.
Kamis, 13 Juli 2017
kopi arabika semendo dari sumatera selatan (sumsel) paling enak dengan metode seduh V60 ala bang Wildan
Siapa yang tidak kenal dengan kopi tubruk? “tubruk” adalah metode
paling simpel untuk menikmati secangkir kopi – cukup dengan air panas
dan bubuk kopi. Tidak sulit mengira bahwa metode seduh ini adalah yang
tertua dan begitu mengakar dengan tradisi ngopi di nusantara. Jauh
sebelum orang italia berbangga dengan espresso dan aneka
minuman turunannya . Tidak Cuma sampai di situ, metode tubruk juga
menjadi standar dari asosiasi kopi di dunia untuk penilaian cita rasa
kopi saat ini.
Eits, bukan berarti kita harus fanatik dengan metode seduh tertentu ya, Pada dasarnya semua metode seduh punya keunikan masing-masing dan yang paling penting adalah bagaimana metode tsb memberikan sensasi berbeda di lidah peminumnya. Hal inilah yang membuat Barista asal bekasi yang akrab disapa Bang Wildan begitu menggandrungi berbagai metode seduh, khususnya yang berbasis manual dengan teknik pour over*.
Metode seduh manual menjadi semacam lagu kemerdekaan bagi para penikmat kopi seperti Bang Wildan, pasalnya metode ini memberi warna-warni tersendiri bagi seduhan kopi. “Bagi saya gak ada istilah kopi yang ga enak, Semua bergantung selera, dan standar kita masing-masing.” Begitu juga dengan teknik pourover yang memiliki ruang berkreasi yang begitu luas. Tak hanya untuk urusan seni, metode seduh ini bisa jadi sarana untuk menampilkan potensi terbaik dari biji kopi Sumatera Selatan.
Di tengah hangatnya suasana malam, bang Wildan yang asli Aceh ini dengan senang hati membeberkan resepnya kepada kru coffeephile untuk menghasilkan seduhan nikmat Kopi Arabika Semendo dengan Hario V60. Dan…Ini dia poin-poinya:
Dengan piawai, Bang Wildan mengisi cangkir demi cangkir dengan Kopi Arabika Semendo hasil seduhannya. Aroma jeruk dan karamel yang menyeruak benar-benar memberi kejutan sendiri bagi semua kru coffeephile. Cita rasa asam yang menyegarkan dari kopi yang ditanam di ketinggian 1600 mdpl di Kabupaten Muara Enim ini – begitu tampak dari sesapan pertama. Metode seduh pourover bukan cuma atraktif tapi juga mengeluarkan karakter kopi yang membuat kopi tak sekedar minuman berkafein, Thumbs up buat Bang Wildan.
Sebelum pamit, Bang Wildan memberi kesimpulan dari hasil “pengajian kahwah” malam ini. Pertama, bahwa apa yang dilakukan para barista hanya memberi peran seuprit dalam menghasilkan secangkir kopi nikmat. Pesan bang Wildan ini tentu bukan sekedar basa-basi doang lho. Pola tanam dan pasca panen lah yang memberi kontribusi paling besar bagi pembentukan cita rasa kopi – dari mulai petik merah hingga penyortiran beras kopi. Nah, sisanya adalah saat kopi disangrai atau roasting, sebelum akhirnya disajikan dengan begitu terampil oleh para barista.
Hal kedua yang cukup membuat hati ini adem adalah bahwa kopi punya penikmatnya masing-masing. Bang Wildan begitu mengapresiasi kedai coffeephile yang berani untuk belajar – menjelalajahi berbagai rasa kopi nusantara, khususnya Sumsel – Terlebih mengedukasi para pelanggannya dari A sampai Z tentang kopi, “Jangan takut salah apalagi ga Pe-de” ujarnya.
Eits, bukan berarti kita harus fanatik dengan metode seduh tertentu ya, Pada dasarnya semua metode seduh punya keunikan masing-masing dan yang paling penting adalah bagaimana metode tsb memberikan sensasi berbeda di lidah peminumnya. Hal inilah yang membuat Barista asal bekasi yang akrab disapa Bang Wildan begitu menggandrungi berbagai metode seduh, khususnya yang berbasis manual dengan teknik pour over*.
Metode seduh manual menjadi semacam lagu kemerdekaan bagi para penikmat kopi seperti Bang Wildan, pasalnya metode ini memberi warna-warni tersendiri bagi seduhan kopi. “Bagi saya gak ada istilah kopi yang ga enak, Semua bergantung selera, dan standar kita masing-masing.” Begitu juga dengan teknik pourover yang memiliki ruang berkreasi yang begitu luas. Tak hanya untuk urusan seni, metode seduh ini bisa jadi sarana untuk menampilkan potensi terbaik dari biji kopi Sumatera Selatan.
Di tengah hangatnya suasana malam, bang Wildan yang asli Aceh ini dengan senang hati membeberkan resepnya kepada kru coffeephile untuk menghasilkan seduhan nikmat Kopi Arabika Semendo dengan Hario V60. Dan…Ini dia poin-poinya:
- Timbang biji kopi sebanyak 20 gr
- Lipat filter (saringan) kertas, tempatkan pada dripper V60 lalu bilas dengan air panas – untuk menghindari rasa kertas pada seduhan kopi.
- Buang air bilasan, bubuk Kopi Arabika Semendo ditempatkan pada filter – tingkat kehalusan agak kasar (medium to coarse)
- Dengan ceret leher angsa, tuang air mendidih (suhu 88-90C) ke atas bubuk Kopi Arabika Semendo secara merata dengan pola melingkar dari luar ke dalam
- Untuk permulaan, tuangkan sedikit air agar biji kopi mekar (blooming). Nah, setelah 15-20 detik kemudian, air dituangkan sampai volume di dalam gelas server mencapai 300 ml
Dengan piawai, Bang Wildan mengisi cangkir demi cangkir dengan Kopi Arabika Semendo hasil seduhannya. Aroma jeruk dan karamel yang menyeruak benar-benar memberi kejutan sendiri bagi semua kru coffeephile. Cita rasa asam yang menyegarkan dari kopi yang ditanam di ketinggian 1600 mdpl di Kabupaten Muara Enim ini – begitu tampak dari sesapan pertama. Metode seduh pourover bukan cuma atraktif tapi juga mengeluarkan karakter kopi yang membuat kopi tak sekedar minuman berkafein, Thumbs up buat Bang Wildan.
Sebelum pamit, Bang Wildan memberi kesimpulan dari hasil “pengajian kahwah” malam ini. Pertama, bahwa apa yang dilakukan para barista hanya memberi peran seuprit dalam menghasilkan secangkir kopi nikmat. Pesan bang Wildan ini tentu bukan sekedar basa-basi doang lho. Pola tanam dan pasca panen lah yang memberi kontribusi paling besar bagi pembentukan cita rasa kopi – dari mulai petik merah hingga penyortiran beras kopi. Nah, sisanya adalah saat kopi disangrai atau roasting, sebelum akhirnya disajikan dengan begitu terampil oleh para barista.
Hal kedua yang cukup membuat hati ini adem adalah bahwa kopi punya penikmatnya masing-masing. Bang Wildan begitu mengapresiasi kedai coffeephile yang berani untuk belajar – menjelalajahi berbagai rasa kopi nusantara, khususnya Sumsel – Terlebih mengedukasi para pelanggannya dari A sampai Z tentang kopi, “Jangan takut salah apalagi ga Pe-de” ujarnya.
*pour over: teknik menyeduh kopi dengan mengalirkan air melewati bubuk kopi dengan penyaring (umumnya berbahan kertas)
Langganan:
Postingan (Atom)
Kedai Kopi Terfavorit di Sumsel
Berkunjung ke Kota Palembang, Sumatera Selatan, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi kedai kopi yang satu ini. Kedai kopi yang dic...
-
Sejarah kopi mencatat asal muasal tanaman kopi dari Abyssinia, suatu daerah di Afrika yang saat ini mencakup wilayah negara Etiopia dan E...
-
Cahya Alam di tanah Semende. Lantunan shalawat menyambut pagi di Desa Datar Lebar, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), pertanda bagi ...